NLP Consult Indonesia (NLPCI)

NLP Consult Indonesia (NLPCI)
021-71068474; 031-70922422; 0811373596

Rabu, 02 Juni 2010

State SHOLAT dan Gelombang Otak

Belum lama berselang, pada sebuah sesi kajian di Masjid Asy-Syakirin Kuala Lumpur, seorang jamaah bertanya,”Ustadz, saya merasa belum bisa secara maksimal memperoleh manfaat dari Sholat. Saya pikir itu karena saya belum bisa benar-benar khusyu’ saat menjalankan Sholat. Bagaimana caranya memprogram pikiran kita agar bisa melaksanakan Sholat dengan khusyu’?”

Sesungguhnya melaksanakan Sholat itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’

Mari kita mulai dengan bertanya pada diri sendiri, saat akan melaksanakan Sholat, apakah kita merasa berat? Jika jawabnya ”ya”, maka saat itu kita memang jauh dari khusyu’ karena kita merasa berat melakukannya. Jika jawabnya ”tidak”, maka kita sudah berada pada track untuk melaksanakan sholat dengan khusyu’, karena kita terhindar dari perasaan berat menjalankan Sholat. Selanjutnya bagaimana kita meninggikan derajat ke-khusyu’-an kita sepanjang Sholat kita? Sesungguhnya khusyu’ adalah dari Allah SWT. Sebagai hamba kita berupaya untuk menuju pada ke-khusyu’-an, menjemput ke-khusyu’an demi kesempurnaan Sholat kita.

Masuk ke dalam State Sholat

Saat kita tenggelam dalam aktivitas duniawi kita, bisa dipastikan kita bukan berada pada state Sholat. Dan pada saat kita hendak beralih atau masuk ke dalam state Sholat, ada kalanya kita berhasil melakukan dengan cepat, kadangkala tidak. Jika yang terakhir ini yang terjadi, maka saat kita melaksanakan Sholat kita belum berada pada state Sholat. Akibatnya banyak gangguan dalam pikiran kita yang membuat kualitas ke-khusyu’-an Sholat kita menjadi berkurang.

Kalau kita mempelajari NLP (neuro linguistic programming), Hypnosis atau ilmu lain tentang pemberdayaan pikiran, kita mengenal beberapa tingkat gelombang otak. Dalam aktivitas normal biasanya kita berada di gelombang Beta atau yang lebih tinggi. Saat kita rileks, santai, tenang kita menurunkan gelombang otak ke Alpha. Bisa jadi kebanyakan dari kita melaksanakan Sholat di gelombang ini. Jika saat sholat kita berada pada gelombang Alpha tinggi, sangat mungkin pikiran kita masih bisa terganggu dengan hal-hal lain karena belum benar-benar single focus hanya untuk berserah diri dan menyembah Allah SWT. Semakin rendah gelombang otak kita, maka semakin fokus dan semakin khusyu’ Sholat kita. Idealnya saat mengangkat takbir kita sudah berada di ambang gelombang Theta (lebih rendah lagi dari Alpha). Saat kita menikmati Sholat maka gelombang kita terus menurun dan terjaga di Theta mendekati Delta, sehingga pikiran kita tidak lagi terganggu dengan bayangan, gagasan atau informasi di luar Sholat kita.

Titian pikiran menuju State Sholat

Bagaimana cara kita agar pada saat Sholat kita sudah benar-benar berada pada State Sholat yang terbaik? Allah SWT melalui Rasulullah SAW telah memberikan jalan yang sebaik-baiknya. Sholat bukanlah sekadar gerak tubuh dan hafalan ucapan yang dimulai dengan Takbir sampai diakhiri Salam. Sholat adalah sarana berkomunikasi, berikrar, berserah diri dan menghamba secara total kepada Allah SWT. Karena itu ada sebuah jalur titian yang tersedia untuk memfasilitasi kita memastikan kita melaksanakan Sholat pada state Sholat yang terbaik. Insya Allah dengan mengamalkan langkah-langkah praktis ini, state khusyu bisa kita peroleh.

Adzan (Beta ke Alpha)

Dengarkanlah, pahamilah dan resapilah makna Adzan. Jawablah Adzan dengan sepenuh hati, rasakan makna ucapan kita, bayangkan diri kita sedang mendengarkan dan menjawab panggilan suci untuk menghadap Allah SWT. Lanjutkanlah dengan do’a sesudah Adzan, dan rasakan ketenangan, rasa nyaman dan rileks mulai kita rasakan, sebagai titian awal kita menuju state Sholat kita.

Wudlu (Alpha ke Theta)

Niatkanlah berwudlu untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita setelah sekian lama berada dalam kesibukan dunia. Saat air menyentuh kulit kita. Serta bagian-bagian tubuh lainnya rasakan bahwa diri kita semakin bersih, semakin ringan dan semakin tenang bersiap menghadap Allah SWT. Biarkan suara gemercik air yang terdengar membawa pikiran kita semakin rileks, semakin tenang dan semakin dan semakin nyaman.

Sholat (Theta ke Delta)

Saat melangkah di tempat Shalat rasakan langkah kita semakin dekat untuk berhadapan dengan Allah SWT. Sebelum takbir, mantapkan niat, berserah diri sambil menarik nafas dalam-dalam. Angkatlah Takbir sambil menahan nafas dan mengucapkan ”Allahu Akbar”. Dan ketika tangan sudah bersedekap hembuskanlah nafas perlahan-lahan, dan kita merasakan tubuh kita sangat ringan, tenang dan nyaman. Seolah kita tidak lagi merasakan sedang menyangga badan atau menginjak sajadah ataumenempelkan tangan di dada. Semakin lama terasa semakin ringan, melayang dan nyaman sekali. Di saat itu sama sekali tidak ada ketergesaan, keinginan segera selesai, atau menghitung-hitung rekaat yang tersisa. Seolah bergerak dan terjadi dengan sendirinya karena bawah sadar kita telah mengendalikan gerak dan bacaan kita dalam ke-khusyu’-an.

Dzikir/Wirid (Theta ke Alpha)

Seusai mengucapkan Salam, kita hindari untuk langsung beranjak dan beraktivitas kembali. Biarkan gelombang otak kita secara gradual mulai naik dari state Sholat di Theta kembali Alpha. Sambil ber-dzikir atau membaca Wirid, kita rasakan ucapan, gerak dan perasaan kita meemberikan sensasi kenyamanan. Kita merasakan bawah tubuh kita menempel di sajadah, tangan kita bertumpu di paha, kepala bergerak-gerak seirama bacaan. Saat itu gelombang otak kita mulai merambat naik menuju Alpha.

Berdo’a (Alpha ke Beta)

”Sesungguhnya Aku adalah mengikuti persangkaan Hambaku”. Saat berdoa kita memanjatkan harapan, permintaan dan keinginan. Semakin kita memahami makna ucapan kita, semakin kita meyakini doa kita pasti terkabul. Semakin kita yakin maka semakin besar kemungkinan doa kita terijabah. Apakah langsung terealisasi, ditunda waktunya, atau diganti dengan yang lebih baik bagi kita, semuanya adalah bentuk terijabahnya doa sesuai perkenan Allah.

Saat memanjatkan Doa itulah gelombang otak kita sudah mulai naik lagi menuju Beta, dan mulai menyiapkan diri kita kembali pada aktivitas duniawi kita. Saat kita bangkit dari duduk dan melangkah, kita merasakan melewati titian menuju ke state awal kita.

Dua titian yang pertama, yaitu Adzan dan Wudlu sangat mungkin berbalikan waktunya, yaitu berwudlu terlebih dahulu sebelum Adzan. Itupun tetap bermanfaat membawa diri kita menuju State Sholat yaitu mulai dari gelombang Beta menuju ke Theta. Apapun urutannya, afirmasikan dalam diri untuk menurunkan gelombang otak, menuju ke state Sholat dengan niat melaksanakan sholat dengan khusyu’ dan penuh kepasrahan pada Allah SWT.

Mohonlah pertolongan dengan Sholat dan Sabar

Insya Allah apa yang tertulis ini adalah sharing dari apa yang telah penulis alami dan jalani sehari-hari, sebagai sebuah pengalaman aktual dalam penghambaan kepada Allah SWT. Penulis meyakini bahwa Sholat adalah kebutuhan manusia karena memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat beriman yang melaksanakannya. Semoga Allah melimpahkan petunjuk dan hidayahNya serta AmpunanNya bilamana sharing ini mengandung kekeliruan atau kekurangan karena ke-fakir-an serta ke-dhaif-an penulis.

Astaghfirullahaladzim. Astaghfirullahaladzim. Astaghfirullahaladzim. Innallahaghofururrohiim.

Selasa, 01 Juni 2010

Jadual Pelatihan Sertifikasi NLP

NLP Practitioner:

10-14 Juni 2010, 08.30-17.00, Hotel Menara Peninsula Jakarta, Reguler 9,95jt, Early Bird 6,975jt

17-21 Juli 2010, 09.00-17.30, Hotel Grand Shanti Denpasar - Bali, Reguler 9,95jt, Early Bird 6,975jt

24-28 September 2010, 08.30-17.00, Hotel Sahid Surabaya, Reguler 9,95jt, Early Bird 6,975jt

3-7 Desember 2010, 08.30-17.00, Hotel Menara Peninsula Jakarta, Reguler 9,95jt, Early Bird 6,975jt

NLP Master Practitioner:

29 Juli-2 Agustus 2010, 08.00-16.30, Hotel Panghegar Bandung, Reguler 10,95jt, Early Bird 6,975jt

15-19 Oktober 2010, 08.30-17.00, Hotel Sahid Surabaya, Reguler 10,95jt, Early Bird 6,975jt

5-9 November, 08.30-17.00, Hotel Menara Peninsula Jakarta, Reguler 10,95jt, Early Bird 6,975jt

NLP Trainer:

25-29 November, 08.30-17.00, Hotel Menara Peninsula Jakarta


Hub: 021-71068474, 031-70922422, 0811373596

Mentally Magic Reading

Ketika umat manusia menyadari bahwa kemajuan ilmu dan teknologi yang terus membawa perubahan secara cepat membutuhkan kemampuan penyesuaian diri dengan cepat, maka berbagai sarana pembelajaran menjadi sandaran manusia untuk tetap dapat bersanding dengan pesatnya perubahan jaman. Salah satu media informasi dan pembelajaran yang tak lekang oleh masa adalah media tertulis, seperti buku, jurnal, report, majalah dan sebagainya.

Tuntutan kecepatan perubahan telah pula mengubah paradigma manusia tentang “membaca”, menjadi bergeser dari sekadar melihat huruf demi huruf, kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Pola lama ini sangat memakan waktu sehingga rentan terhadap kejenuhan dan ketidaktuntasan. Apalagi jika pola dan gaya bahasa yang tersaji kurang menampilkan impresi yang menggemaskan atau keunikan yang menggelitik.

Belakangan muncul beberapa macam teknik membaca cepat, seperti speed-reading, super-reading, fast-reading, quantum reading, dan semacamnya. Meskipun secara durasi cukup menjanjikan karena memfasilitasi waktu penyelesaian yang lebih singkat, namun belum menjamin tingkat penyerapan dan pemahaman yang memadai atas isi materi dalam media informasi tersebut. Mengapa? Karena proses itu belum berubah dari sekadar menggunakan potensi tradisional, yaitu pikiran sadar (consciousness) manusia yang menggunakan main vision. Bahkan bukan tidak mungkin karena mengedepankan kecepatan, maka kedalaman pemahaman akan isi informasi menjadi tercecer.

Kini dengan menggunakan, mengkombinasikan dan mengintegrasikan berbagai teknik optimalisasi cara kerja pikiran manusia seperti accelerated learning, quantum learning, neuro-linguistic programming (NLP), mind mapping dan photoreading, telah dikembangkan dipraktikkan dan diaplikasikan jawaban atau paradigma baru untuk memahami isi media informasi dari sekadar “membaca” menjadi “mengkomprehensi”, yaitu teknik “Mentally Magic Reading (MMR)” yang memanfaatkan betapa hebatnya potensi pikiran bawah sadar (uncosciousness) manusia dengan peripheral vision, yang bisa secara cepat menyelesaikan bacaan sampai lebih dari 20 ribu kata per menit atau 2 halaman per detik, bahkan dengan media bacaan dalam posisi terbalik. Teknik ini memungkinkan untuk mendapat pemahaman isi bacaan tanpa harus melihat huruf demi huruf atau kata demi kata. Hal ini disebabkan pikiran bawah sadar manusia mempunyai rekaman yang sangat luar biasa yang dapat mengenali dan menyerap informasi dengan cepat tanpa harus melihat detailnya. Menyadari dan merasakan betapa besar manfaat dan keuntungan luar biasa yang diperoleh dengan teknik MMR, maka sangat layak jika saat ini banyak para akademisi, eksekutif, entrepreneur bahkan dokter dan pengacara serta ibu rumah tangga yang ingin menguasai teknik MMR.

Secara ringkas, teknik ini meliputi tahap pembentukan Ideal Resourceful State (yang meliputi fisiologis dan non fisiologis), tahap pemrosesan dan tahap komprehensi. Tahap pembentukan ini termasuk di dalamnya adalah posisi duduk, posisi media bacaan dan pemrograman pikiran. Sedangkan pada tahap pemrosesan adalah aktivitas membalik-balik halaman bacaan dengan cepat untuk menyerap isi materi bacaan. Dan pada tahap komprehensi adalah pengaktifan semua hasil penyerapan menjadi esensi yang dibutuhkan. Hampir semua langkah ini sudah pernah dialami dan dijalankan oleh siapapun. Yang jarang diketahui orang adalah inti pengaktifan pikiran bawah sadar dan penggunaan teknik peripheral vision, meskipun sebenarnya sangat mudah mempelajarinya. Dalam waktu dua sampai tiga hari saja, hampir semua orang bisa mempelajari dan menguasai teknik ini. Memang, untuk memperoleh hasil yang optimal memang diperlukan banyak praktik dan pembiasaan. Semakin tinggi jam terbang menggunakannya maka semakin mudah memetik manfaat dari teknik luar biasa ini.